perbedaan zakat, infaq, dan shodaqoh

5 Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang Wajib Dipahami

5 Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang Wajib Dipahami
perbedaan zakat, infaq, dan shodaqoh
  • Ada wujudnya
  • Orang baligh, boleh anak-anak apabila mereka adalah orang yang berhak menerima infaq, tetapi penerimaan infaq harus diwakili oleh wali atau orang yang bertanggung jawab atas anak-anak tersebut

Syarat Pemberi Infaq (Munfiq)

Meski memiliki harta yang bisa diinfaqan, tetapi pemberi infaq atau munfiq harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya:

  • Memiliki harta yang cukup untuk berinfaq
  • Orang yang tidak dinbatasi hak atas harta dan dirinya karena suatu alasan
  • Orang yang baliqh dan berakal
  • Sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun

Syarat Harta Atau Barang Yang Diinfaq

Selain pemberi dan penerima infaq, ada juga syarat harta atau barang yang hendak dijadikan infaq, yaitu:

  • Harta atau benda memiliki wujud yang benar-benar ada
  • Harta atau benda berasal dari harta yang mempunyai nila guna dan pakai
  • Harta dan benda memiliki wujud serta bisa dimiliki
  • Bukan termasuk harta atau benda yang berhubungan dengan tempat yang dimiliki oleh pemberi infaq (munfiq)

c. Syarat Mengeluarkan Shodaqoh

Selain zakat dan infaq, umat Muslim juga seharusnya mengeluarkan shodaqoh dengan niat yang tulus dan ikhlas. Agar sedekah yang dilakukan bernilai ibadah di mata Allah Swt., ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi.

Berikut adalah syarat-syarat mengeluarkan shodaqoh atau sedekah yang penting untuk diketahui agar niat dan amal yang dilakukan tidak sia-sia dan bernilai pahala:

  • Bersedekah dengan memahami ilmu tentang sedekah, termasuk prioritas dalam bersedekah
  • Mengeluarkan sedekah semata-mata karena Allah Swt., tanpa mengharapkan imbalan
  • Melakukan sedekah secara diam-diam, tanpa ada yang mengetahui

3. Cara Menghitung

Perbedaan antara zakat, infak, dan sedekah berikutnya terletak pada cara perhitungannya. Dalam menghitung zakat, kamu perlu mengikuti nishab yang telah ditetapkan. 

Namun, sebelum itu, kamu harus menentukan terlebih dahulu jenis zakat yang akan ditunaikan, apakah berupa zakat fitrah atau zakat mal.

Cara Menghitung Zakat (Fitrah dan Mal)

Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang harus ditunaikan selama bulan suci Ramadhan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. Nishab zakat fitrah ditentukan sebesar 3,5 liter atau 2,5 kilogram bahan makanan pokok sesuai dengan wilayah masing-masing. 

Di Indonesia, zakat fitrah biasanya dibayarkan menggunakan beras, yang merupakan makanan pokok mayoritas masyarakat.

Berbeda dengan zakat fitrah, zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan atas harta yang dimiliki, dengan syarat harta tersebut telah mencapai nishab dan haul. 

Jika harta yang dimiliki melampaui nilai 85 gram emas selama satu tahun, maka seorang muslim wajib menunaikan zakat mal atas harta tersebut.

Besaran zakat mal adalah 2,5 persen dari total harta yang dimiliki. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki harta senilai 86 gram emas, zakat mal harus dikeluarkan. 

Apabila harga emas per gramnya adalah Rp 1 juta, maka harta yang melebihi Rp 85 juta harus dibersihkan dengan zakat. Misalnya, jika harta yang dimiliki adalah Rp 130 juta, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah Rp 130 juta x 2,5%, yaitu Rp 3.250.000.

Seperti dijelaskan sebelumnya, zakat memiliki aturan nishab yang harus dipenuhi, sedangkan infak dan sedekah tidak memiliki ketentuan khusus. 

Bahkan, sedekah tidak harus berupa materi; bisa juga berupa jasa yang diberikan sesuai kemampuan dan keikhlasan. 

Dengan demikian, tidak ada batasan tertentu mengenai jumlah yang harus dikeluarkan dalam infak maupun sedekah. Untuk zakat atas hasil pertanian atau perkebunan, perhitungannya berbeda, yaitu:

  • Jika pengairan menggunakan sumber alami seperti air hujan, zakat yang dikeluarkan adalah 10 persen dari hasil panen.
  • Jika pengairan menggunakan sistem buatan seperti irigasi, zakat yang dikeluarkan adalah 5 persen dari hasil panen.

4. Niat Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Perbedaan antara zakat, infak, sedekah, dan wakaf juga dapat dilihat dari niat yang mendasarinya. Niat menjadi faktor pembeda dalam setiap amalan, termasuk ketika seseorang menunaikan zakat, infak, atau sedekah.

Zakat sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Masing-masing memiliki lafaz niat yang berbeda. Ketika hendak mengeluarkan zakat fitrah, seseorang harus berniat dalam hati untuk melaksanakannya.

Niat untuk menunaikan zakat fitrah adalah:

Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri anni wa an jami’i ma yalzimuniy nafaqatuhum syar’an fardhan lillahi ta’ala.

Yang berarti: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardhu karena Allah Ta’ala."

Sedangkan niat untuk zakat mal adalah:

Nawaitu an ukhrija zakatadz maali fardhan lillahi ta’ala.

Artinya: "Saya niat mengeluarkan zakat mal dari diriku sendiri, fardhu karena Allah Ta’ala."

Untuk infak dan sedekah, niat dilakukan dalam hati dengan keikhlasan semata-mata karena Allah Swt. Agar lebih sempurna, niat tersebut dapat dilengkapi dengan doa yang dianjurkan saat bersedekah, yaitu:

Rabbana taqobbal minna innaka antas sami’ul alim.

Artinya: "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

5. Cara Menyalurkan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Bagaimana cara menyalurkan zakat, infaq, dan shodaqoh? Apakah ketiganya memiliki perbedaan? Zakat dapat diberikan langsung kepada kelompok yang berhak menerimanya.

Selain itu, zakat juga bisa disalurkan melalui lembaga yang berfungsi memastikan distribusi zakat lebih tepat, merata, dan menjangkau lebih banyak penerima.

Dalam hal infaq, pemberi infaq juga memiliki pilihan untuk menyalurkannya secara langsung kepada penerima atau melalui lembaga terpercaya. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara penyaluran zakat dan infaq. 

Zakat memiliki aturan khusus mengenai siapa saja yang berhak menerimanya, seperti yang dijelaskan dalam Alqur’an. 

Sebaliknya, infaq lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti pembangunan masjid, fasilitas umum, atau kebutuhan lainnya yang mendukung kemaslahatan bersama.

Adapun shodaqoh, pemberi shodaqoh juga bisa menyalurkannya langsung atau melalui lembaga. 

Yang membedakan shodaqoh dari infaq adalah bentuknya yang tidak selalu berupa harta atau benda. Shodaqoh dapat berupa jasa, tenaga, atau bahkan sekadar senyuman tulus kepada orang lain.

Artinya, untuk bersedekah, seseorang tidak perlu menunggu memiliki kekayaan yang cukup. 

Sebagai contoh, ketika ada kerabat yang tertimpa musibah, membantu dengan tenaga atau dukungan moral pun sudah termasuk dalam bentuk shodaqoh yang dapat meringankan beban mereka.

Sebagai penutup, memahami perbedaan zakat, infaq, dan shodaqoh membantu kita menyalurkannya dengan lebih tepat sesuai tujuan dan manfaatnya.

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index